Oleh : Aan Yudianto
Yang perlu
diperhatikan masyarakat adalah bertambahnya kepentingan dalam semua hal yang
berkaitan dengan pemeliharaan dan pemulihan kesehatannya. Penderitaan yang
berganda akan dirasakan seseorang saat penyakit mejangkit tubuh. Selain harus
menderita sakit, masih harus menanggung biaya pengobatan dan membeli obat yang
harganya sering kali tidak terjangkau. Bahkan, tidak jarang masyarakat yang
tadinya mampu secara finansial jatuh miskin akibat sakit yang dideritanya
membutuhkan obat yang biayanya tinggi. Tingginya biaya obat menjadi
permasalahan di semua negara di dunia. Untuk itu, hampir semua negara memberlakukan
kebijakan penggunaan obat generik untuk menekan biaya obat, termasuk di
Indonesia.
Obat Generik
Berlogo (OGB) diluncurkan pada tahun 1991 oleh pemerintah yang ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat kelas menengah ke bawah akan obat. Jenis obat ini
mengacu pada Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) yang merupakan obat esensial
untuk penyakit tertentu (Kebijakan Obat Nasional, 2005).
Berdasarkan
data nasional penggunaan obat generik di Indonesia hingga kini masih tergolong
rendah, padahal meskipun harganya jauh lebih murah, kualitas dan khasiatnya
sama seperti obat bernama dagang (bermerek). Menurut data Departemen Kesehatan
RI (2010), peresepan obat generik oleh dokter di rumah sakit umum milik
pemerintah saat ini baru 66 persen, sedangkan di rumah sakit swasta dan apotek
hanya 49 persen. Ketersediaan obat esensial generik di sarana pelayanan
kesehatan juga baru 69,7 persen dari target 95 persen, Dalam lima tahun
terakhir 2005-2010, pasar obat generik turun dari Rp2.525 triliun atau 10
persen dari pasar nasional, menjadi Rp2.372 triliun atau 7.2 persen dari pasar
nasional. Sementara, pasar obat nasional meningkat dari Rp 23,59 triliun pada
2005 menjadi Rp 32,93 triliun pada 2009. Hal itu antara lain dipengaruhi oleh
tingkat penggunaan obat generik dalam pelayanan kesehatan.
Menurut
Handayani (2007), persepsi masyarakat, permintaan dan kebutuhan masyarakat akan
obat generik di rumah sakit bukan merupakan faktor rendahnya penggunaan obat
generik, tetapi lebih disebabkan oleh rendahnya pengetahuan masyarakat tentang
obat generik itu sendiri.
Hal inilah
yang menyebabkan masyarakat cenderung mempercayakan pengobatan penyakitnya
kepada dokter tanpa mempertanyakan jenis obat yang diberikan kepada mereka. Selain
rendahnya tingkat pengetahuan masyarakat akan obat generik, faktor lainnya yang
menyebabkan rendahnya penggunaan obat generik berdasarkan Kebijakan Obat
Nasional (2005), adalah akses obat kepada masyarakat, ketersediaan obat di
berbagai daerah dan harga obat yang masih mahal.
Pengertian
Obat adalah
bahan atau paduan bahan yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki
sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosa,
pencegahan penyakit, penyembuhan penyakit, pemulihan, dan peningkatan kesehatan
termasuk kontrasepsi dan sediaan biologis (Depkes RI, 2005).
Obat generik
adalah obat dengan nama resmi yang telah ditetapkan dalam Farmakope Indonesia
dan INN WHO (International Non-proprietary Names World of Health Organization)
untuk zat berkhasiat yang dikandungnya di mana obat generik hanya menggunakan
nama yang sesuai dengan zat berkhasiat yang dikandungnya walaupun diproduksi
oleh pabrik yang berlainan (Depkes RI, 1989).
Obat generik
berlogo yang lebih umum disebut obat generik saja adalah obat yang menggunakan
nama zat berkhasiatnya dan mencantumkan logo perusahaan farmasi yang
memproduksinya pada kemasan obat, sedangkan obat generik bermerk yang lebih
umum disebut obat bermerk adalah obat yang diberi merk dagang oleh perusahaan
farmasi yang memproduksinya.
Obat paten
adalah obat baru yang ditemukan oleh peneliti yang mempunyai hak penuh/hak
paten yang dikeluarkan WHO untuk obat yang dihasilkannya. Obat dengan nama
dagang yaitu nama pemberian pabrik yang membuatnya di mana obat paten
menggunakan nama dagang yang bermacam-macam, tergantung pabrik yang memproduksi
walaupun jenis obatnya sama. Kemasannya dibuat mewah untuk menarik pembeli dan
tiap pabrik mempromosikannya dengan nama dagang masing-masing secara gencar
melalui berbagai cara sehingga harganya lebih mahal dari pada obat generik
karena perbedaan di promosi dan kemasannya (Depkes RI, 1989).
Kelebihan
Dinamakan OGB
karena obat ini ditandai dengan logo lingkaran hijau bergaris putih dengan
tulisan "generik" di bagian tengahnya. Dari sisi zat aktifnya atau
komponen utama obat, antara obat generik (baik berlogo maupun bermerek dagang),
persis sama dengan obat paten.
Gambar 1. Logo OGB |
Yang juga
perlu dipahami adalah OGB dan obat generik bermerek hanya berbeda dari segi
kemasan dan harga. OGB cenderung murah karena tak memerlukan biaya promosi yang
besar. OGB dibuat
dengan standar yang sama dengan obat bermerek sejenis, sehingga memiliki
komposisi, kualitas dan khasiat yang setara. Dengan standar mutu yang ketat,
maka OGB memiliki mutu dan khasiat yang sama baiknya dengan obat bermerek
sejenis.
OGB lebih ekonomis
Harga OGB lebih murah karena :
- Tidak perlu lagi menyediakan dana untuk biaya
riset dan pengembangan seperti yang dilakukan perusahaan sebelumnya.
- OGB diproduksi dalam jumlah besar sehingga biaya
produksi lebih efisien.
- Perusahaan-perusahaan yang memproduksi obat
generik tak perlu mengeluarkan biaya promosi/pemasaran dan biaya kemasan
generik biasanya dibuat lebih sederhana, tanpa mengurangi kegunaannya untuk
melindungi khasiat dan keamanan obat .
- OGB
dikontrol oleh Pemerintah dan ditetapkan melalui SK Menkes dengan pertimbangan
bahwa harga OGB harus terjangkau oleh masyarakat,
Sesuai UU Nomor 36 tahun 2009,
penetapan harga obat generik dikendalikan oleh pemerintah dan oleh karena itu
tiap tahun diterbitkan ketetapan / peraturan Menteri Kesehatan terkait harga
obat generik. Terakhir dilakukan melalui Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
094/Menkes/SK/II/2012 tentang Harga Obat untuk Pengadaan Pemerintah Tahun 2012
dan Nomor 092/Menkes/SK/II/2012 tentang Harga Eceran Tertinggi Obat Generik.)
Produk OGB lengkap
- OGB memiliki rangkaian produk yang sangat
lengkap untuk berbagai penyakit, mulai dari obat anti nyeri dan inflamasi,
antihipertensi, antibiotika, anti jamur, anti histamin, kortikosteroid, anti
kolesterol dan lain-lain.
Cara memperoleh OGB
- Kita dapat meminta kepada dokter anda untuk
memberikan resep OGB sehingga biaya pengobatan dapat dihemat.
- Kita dapat meminta kepada apotek untuk
memberikan OGB guna menghemat biaya obat.
Edukasi dan Sosialisasi
Sosialisasi
atau pemasyarakatan program adalah tahapan penting dalam program sosialisasi
Obat Generik . Kegiatan sosialisasi tidak hanya menyampaikan informasi tentang
OGB , tetapi juga mencari dukungan dari
berbagai kelompok masyarakat. Agar OGB sesuai dengan kebutuhan masyarakat,
dialog mengenai kebutuhan dan kepentingan masyarakat yang dapat dilayani oleh
shareholder.
Untuk
meningkatkan penggunaan obat generik di masyarakat, salah satu faktor yang
sangat berperan adalah dokter. Diakui Sekjen Pengurus Besar Ikatan Dokter
Indonesia (PB IDI) Slamet Budiarto, dokter berpengaruh besar karena menuliskan
resep obat. IDI, kata Slamet, selalu mengimbau kepada para anggotanya untuk
meresepkan obat generik dan mengingatkan pada kode etik larangan menjalin
kontrak dengan penyedia obat. Apabila terbukti ada anggotanya yang terlibat,
maka akan diberikan sanksi berupa pembinaan.
Selain itu,
peranan apoteker di instalasi farmasi juga sangat penting untuk bisa memberikan
penerangan kepada masyarakat agar memilih obat generik serta berkonsultasi
dengan dokter dan pasien untuk mengganti penggunaan obat paten dengan obat generik
yang sepadan.
Tanpa ada
peran dari dokter, apoteker, dan pelaksana kesehatan lainnya, sosialisasi obat generik belogo tidak akan tersampaikan dan merata ke seluruh lapisan masyarakat. Sosialisasi
pada media massa oleh pemerintah akan sangat berpengaruh dan sosialisasi
mengenai OGB akan tersampaikan kepada masyarakat.
Pembelajaran Positive
Meski harga
sebagian obat generik mengalami sedikit kenaikan, namun masih jauh lebih rendah
dibandingkan harga obat generik bermerk maupun paten dengan kandungan zat aktif
yang sama. Sehingga obat generik merupakan pilihan terbaik untuk mendapatkan
obat yang efektif dengan harga yang sesuai dan efisien. Namun masih banyak
masyarakat yang menganggap obat generik sebagai obat kelas dua, dan cenderung
meragukan kualitasnya. Masyarakat/pasien cenderung tidak bertanya mengenai obat
yang diresepkan, disamping kurangnya informasi dari tenaga kesehatan baik
dokter penulis resep maupun tenaga kefarmasian di apotek. Padahal, jika masyarakat
mengenal dengan baik mengenai manfaat dan kelebihan obat generik, maka
masyarakat sendiri yang diuntungkan, karena memperoleh obat bermutu dengan
harga terjangkau.
Obat Generik
berlogo merupakan salah satu upaya masyarakat untuk memberikan yang terbaik
kepada seluruh lapisan masyarakat Indonesia dalam kaitannya dengan kesehatan. Dengan
adanya obat generik berlogo, seluruh lapisan masyarakat dapat memenuhi
kebutuhan akan obat-obatan dengan harga terjangkau dengan kualitas yang sama
dengan obat paten. Perbedaan hanya sebatas pada namanya. Mengenai kualitas dan
khasiat yang dihasilkan akan sama dengan obat paten.
Pustaka
Sutedjo, AY. 2008. Mengenal Obat-obatan Secara Mudah dan Aplikasinya
dalam Perawatan.. Yogyakarta : Amara Books.
Anief, Moh. 1997. Apa yang Perlu Diketahui Tentang Obat. Yogyakarta :
Gadjah Mada University Press.
Dr.Andini. 2011. Inilah Kelebihan Obat Generik. Diakses di http://drandini.wordpress.com/
2011/09/02/inilah-kelebihan-obat-generik/ pada tanggal 30 Mei 2013
_______.2013. Obat Generik Berlogo Bukan Obat Orang Miskin. Diakses di
http://kebijakan kesehatanindonesia.net/component/content/article/73-berita/1018-obat-generik-berlogo-bukan-obat-orang-miskin.html
pada tanggal 30 Mei 2013.
Dr. Lusia. 2013. OGB (Obat Generik Berlogo). Diakses di http://drlusia.blogspot.com
/2013/04/sosialisasi-obat-generik-berlogo-obg-di.html pada tanggal 31 Mei 2013.
Kabar Sehat edisi 011. April - Juni 2011.
Prediksi Togel Mekong 27 Mei 2020 <a href="https://indextogel.org/prediksi-togel/prediksi-togel-mekong-27-mei-2020/ </a> Gabung sekarang dan Menangkan Hingga Ratusan Juta Rupiah !!!
BalasHapus