Seperti yang teman-teman tau, kalau saya sangat ingin
mendapat beasiswa studi lanjut S2 dan Go Abroad. Ini menjadi harapan dan doa
yang selalu saya usahakan bagaimanapun caranya. Browsing internet, bergabung
dengan komunitas pencari beasiswa, mengikuti seminar, semua cara dilakukan
untuk mendapatkan informasi yang sebanyak-banyaknya.
Setelah banyak informasi yang saya dapatkan,
kemudian saya harus menyusun rencana yang benar-benar matang untuk bisa mendapatkan apa
yang saya inginkan ini. Dilihat dari banyaknya persyaratan, baik untuk melamar
beasiswa, ataupun untuk bisa diterima di perguruan tinggi luar negeri, saya rasa
delapan dari sepuluh bisa saya usahakan, Namun sisanya, butuh perjuangan untuk
mendapatkannya.
Satu yang menjadi beban yang saya rasa paling membuat
hambatan. IELTS. Saya mahasiswa teknik, belajar bahasa hanya sekedarnya. Lingkungan
saya bukan lingkungan bahasa. Saya pikir, inilah yang menjadi kendala saya.
TOEFL ? Saya bisa bilang toefl sudah tidak berlaku lagi untuk mendaftar beasiswa
atau bahkan mendatar universitas, meski memang masih ada yang mempersyaratkan
toefl, tapi hanya sebagian kecil.
Yang membuat ini menjadi berat adalah tentang uang. Saya sudah
berjanji kepada diri saya sendiri untuk bisa seminimal mungkin untuk minta uang
ke orang tua, dan sejauh ini bisa dikatakan saya berhasil. SPP kuliah, biaya
sehari-hari, pulsa, internet, saya bersyukur bisa mendapatkan rejeki dengan
tanpa meminta orang-tua. $208, ini nilai yang mahal untuk saya, dengan posisi
saya hanya sebagai freelancer dengan pendapatan yang idak tetap. Les ? apalagi
ini, harga yang mahal untuk les ini menjadi kendala saya.
Saya terus mencari informasi dan berjuang untuk bisa mendapatkan solusi permasalahan saya ini. sampai suatu ketika teman yang baik hati
memberikan informasi adanya program beasiswa pelatihan IELTS ditambah juga
dibiayai untuk tesnya. Ini kesempatan saya pikirku. Kemudian, saya lihat
persyaratannya, hampir semua persyaratan saya masuk, kecuali satu, sertifikasi
bahasa. Disebutkan disana syarat minimal pendaftar adalah nilai IELTS 5.5 atau
TOEFL 525.
Saya baca lagi dengan lebih rinci. Senangnya untuk
persyaratan toefl bisa menggunakan Toefl-Like, atau Toefl Preparation. Ini
kesempatan, saya pikir ini jalanku. Nilai Toeflku waktu itu baru 497, dan
tinggal sedikit lagi. Sambil mengumpulkan persyaratan yang lain, saya belajar
Toefl. Untungnya, di Jogja, ada lembaga pelatihan bahasa inggris yang
menyediakan tes Toefl Preparation gratis. Saya lebih yakin kalau inilah
jalanku.
Kemudian setelah saya pikir saya siap, saya tes, dan nilai
saya naik, 517. Wah, senang sekali saya, saya semakin bersemangat untuk terus
belajar karena masih ada waktu satu bulan hingga batas akhir pendaftaran. Saya belajar
lagi, seminggu kemudian saya tes lagi, nilai saya turun, 510. Saya belajar
lagi, saya tes lagi 523. Belajar lagi, tes lagi 490. Hingga waktu batas
pendaftaran semakin dekat dan saya hampir menyerah. Sampai pada akhirnya
setelah tes toefl yang ke 6 nilai saya 537. Sungguh senang saya nggak bisa
diungkapkan dengan kata-kata. Saya bersyukur sekali, saya senaaang sekali. Akhirnya
berkas pendaftaran sudah lengkap dan saya kirim. Usaha maksimal sudah saya
lakukan, kemudian saya berdoa yang terbaik untuk ini.
Sampai pada akhirnya keluarlah pengumuman. Saya sangat
berharap sekali, saya menanti-nantikan hari pengumuman untuk ini. Beberapa kali
saya membuka website panitia, belum ada pengumuman, saya coba lagi dan coba
lagi akhirnya telah ada post baru dan inilah pengumumannya. Saya baca satu
persatu nama-nama yang lolos. Sampai pada nomor terakhir, nama saya tidak ada.
Yang telah saya pikir ini jalan saya, ternyata, Ah, rasanya
pengen nggaruk-nggaruk tanah teman-teman. Perjuangan yang saya pikir sudah
maksimal ternyata belum menghasilkan sesuatu yang saya inginkan. Sedih, mood
jadi hilang, rasanya tidak ada semangat. Perjuangan enam kali tes toefl dan
tidak menghasilkan apa-apa, pikirku.
Saya tidak akan menyerah!
0 comments:
Posting Komentar